Saya
mewakili sanggar Astari bersama perwakilan sanggar-sanggar yang ada di
Pangkalpinang lainnya serta Kepala Dinas Pariwisata Pangkalpinang, pada tanggal
13 April 2014 kami pergi ke Sumatra Utara yang mana untuk melaksanakan undangan
untuk acara ulang tahun Kota Medan, yang dilaksanakan pada tanggal 14 April
2014. Perayaan yang kami tampilkan yaitu sebuah tarian dari Kepulauan Bangka
Belitung. Tarian yang kami tampilkan ada 5 tarian yaitu tari pinang sebelas,
tari rampak gendang, tari dambus, tari grietmalay dan tari campak.
Tarian
yang kami tampilkan hanya berdurasi 2 jam, yang mana disela penggantian kostum
ditutup dengan materi nyanyian asal daerah Bangka Belitung. Salah satunya yaitu
lagu Kote Lame dan lagu Dambus. Penari berjumlah 8 orang dan dilatih untuk
mengatur nafas dengan waktu istirahat yang terbatas.
Bus
adalah kendaraan yang kami gunakan untuk ketempat pementasan serta untuk
jalan-jalan. Keesokan harinya sesudah mengikuti acara ulang tahun Kota Medan,
kami pergi jalan-jalan ke Danau Toba, kurang lebih waktu yang ditempuh adalah 4
jam. Tak lupa pula disela pemandangan yang indah, kami berfoto-foto untuk
menikmati keindahan yang ada disana. Kami menyebrangi danau toba menggunakan
kapal kecil untuk singgah ke samosir, namun sebelum ke samosir, kami melihat
batu gantung yang ukurannya sangat besar dan tinggi serta menyimpan legenda
yang menyedihkan.
Cerita
singkatnya yaitu ada seorang perempuan yang bernama Seruni memiliki peliharaan
berupa anjing yang diberi nama si Toki, Seruni banyak menghabiskan waktunya di ladang
bersama anjing kesayangannya. Suatu ketika Seruni akan dijodohkan oleh orang
tuanya dengan sepupunya sendiri, namun Seruni tidak mau, dikarenakan dia telah
memiliki calon pasangan hidupnya. Karena masalah tersebut, Seruni sering
melamun, dan si Toki mengerti dengan keadaan majikannya, dan sengaja si Toki
menggonggong untuk mengalih perhatian si Seruni kepada si Toki tersebut. Dengan
deraian air mata si Seruni perlahan menuju tepi danau toba dan tak sngaja pula Seruni
terperosok ke
dalam sebuah lubang batu besar hingga masuk ke dasarnya. Dan, karena berada di
dasar lubang yang sangat gelap, membuat gadis cantik itu menjadi takut dan
berteriak minta tolong kepada anjing kesayangannya. Namun karena Si Toki
hanyalah seekor binatang, maka ia tidak dapat berbuat apa - apa kecuali
terus - menerus
menggonggong di sekitar mulut lubang.
Seruni
semakin berputus asa, dia sering menyebutkan kata “parapat”. Warga disekitar
tak sengaja mendengar perkataan Seruni, tak lama dari itu terjadi gempa kecil
dan akhirnya Seruni berubah menjadi batu yang bergantung dan herannya si Toki
juga berubah menjadi batu. Karena ucapan Seruni yang terakhir didengar oleh warga
hanyalah “parapat, parapat, dan parapat”, maka daerah di sekitar Batu Gantung
kemudian diberi nama Parapat. Kini Parapat telah menjelma menjadi salah satu
kota tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara.
Setelah jalan-jalan ke batu gantung kami
melanjutkan perjalannan ke Pulau Samosir. Pulau Samosir menyimpan banyak sejarah, kata samosir
berasal dari samo yang artinya samar-samar dan sir yang artinya suka. Sehingga
arti dari samosir adalah samar-samar suka. Sesampainya di samosir, kunjungan
pertama kami adalah patung sigale-gale, yang mana dibalik sebuah patung
tersebut terdapat legenda yang menyedihkan.
Dahulu
kala ada seorang Raja yang sangat bijaksana yang tinggal di wilayah Toba. Raja
ini hanya memiliki seorang anak, namanya Manggale. Pada zaman tersebut masih
sering terjadi peperangan antar satu kerajaan ke kerajaan lain.
Raja
ini menyuruh anaknya untuk ikut berperang melawan musuh yang datang menyerang
wilayah mereka. Pada saat peperangan tersebut anak Raja yang semata wayang
tewas pada saat pertempuran tersebut.
Sang
Raja sangat terpukul hatinya mengingat anak satu-satunya sudah tiada, lalu Raja
jatuh sakit. Melihat situasi sang Raja yang semakin hari semakin kritis ,
penasehat kerajaan memanggil orang pintar untuk mengobati penyakit sang Raja,
dari beberapa orang pintar (tabib) yang dipanggil mengatakan bahwa sang Raja
sakit oleh karena kerinduannya kepada anaknya yang sudah meninggal. Sang tabib
mengusulkan kepada penasehat kerajaan agar dipahat sebuah kayu menjadi sebuah
patung yang menyerupai wajah Manggale, dan saran dari tabib inipun dilaksanakan
di sebuah hutan.
Ketika
Patung ini telah selesai, Penasehat kerajaan mengadakan satu upacara untuk
pengangkatan Patung Manggale ke istana kerajaan. Sang tabib mengadakan upacara
ritual, meniup Sordam dan memanggil roh anak sang Raja untuk dimasukkan ke
patung tersebut. Patung ini diangkut dari sebuah pondok di hutan dan diiringi
dengan suara Sordam dan Gondang Sabangunan.
Setelah rombongan ini tiba di istana kerajaan , Sang Raja tiba-tiba pulih dari penyakit karena sang Raja melihat bahwa patung tersebut persis seperti wajah anaknya.
Setelah rombongan ini tiba di istana kerajaan , Sang Raja tiba-tiba pulih dari penyakit karena sang Raja melihat bahwa patung tersebut persis seperti wajah anaknya.
Inilah
asal mula dari patung Sigale-gale (Patung putra seorang Raja yang bernama
Manggale).
Patung
Sigale-gale ditaruh di sebuah pondok kecil yang berada di hutan. Dan apabila
sang Raja rindu terhadap anaknya yang telah tiada, maka kerajaan akan
mengadakan upacara ritual untuk mengangkat patung Sigale-gale dari pondok di
hutan ke istana kerajaan.
Kami
menari-nari bersama patung sigale-gale dengan menggunakan kain ulos.. :)
Patung Sigale-gale |
Patung Sigale-gale |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar