Bahan peledak
diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak mekanik,
kimia, dan nuklir (J. J. Manon, 1978). Karena pemakaian bahan peledak
kimia lebih luas dibandingkan dengan sumber energi lainnya, maka
pengklasifikasian bahan peledak kimia lebih intensif diperkenankan.
Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga relatif murah, penanganan teknis
lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda (delay time) dan
dibandingkan dengan nuklir bahayanya lebih rendah.
1. Bahan peledak mekanis
Senyawa dalam bahan
peledak mekanis akan segera bereaksi dan berubah menjadi gas akibat suatu
elemen panas yang dimasukkan ke dalam bahan peledak tersebut. Contohnya adalah
cardox, yaitu bahan peledak yang terdiri dari suatu tabung dengan penutup yang
mudah retak yang berisi CO2 cair.
2. Bahan peledak kimia
Berdasarkan kecepatan reaksinya bahan peledak ini
dibagi dua, yaitu :
- Bahan peledak kuat : Bahan peledak ini memiliki kecepatan reaksi sangat tinggi, yaitu 5.000 – 24.000 fps (1-6 mil perdetik). Tekanan yang dihasilkan juga sangat tinggi 50.000 – 4.000.000 psi. Sifat reaksinya adalah detonasi, yaitu penyebaran gelombang kejut (shock wave).
Bahan peledak kuat ini dibagi 2 macam
lagi, yaitu :
- “primary explosives”, yaitu bahan peledak yang mudah meledak bila terkena api, benturan, atau gesekan, misalnya PbN6, Hg(ONC)2, yaitu untuk bahan isi detonator.
- “secondary explosives” , yaitu bahan peledak yang hanya akan meledak apabila ada ledakan yang mendahuluinya, misalnya ledakan dari sebuah detonator atau primer. Contohnya adalah TNT (Tri Nitro Toluene) dan PETN.
- Bahan peledak lemah : Bahan peledak ini (low explosives) memiliki kecepatan reaksi rendah (<5.000 fps). Tekanan yang dihasilkan <50.000 psi. Umumnya dipakai di tambang batubara.
3. Bahan
peledak nuklir
Bahan peledak nuklir umumnya
terbuat dari plutonium, uranium 235, atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai
sifat atom aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar