Rabu, 21 Mei 2014

Masyarakat Petani



NAMA           : EDWINI LYDIA FITRI
NIM                : 205 13 11 007
JURUSAN     : AGRIBISNIS

MASYARAKAT PETANI

          Petani peladang atau pekebun menurut Dobby (1954 dalam Soekartawi 1986), merupakan tahap yang istimewa dalam evolusi dari berburu dan meramu sampai pada bercocok tanam yang menetap. Keistimewaan itu kelihatannya terdiri dari ciri-ciri hampa seperti tidak adanya hubungan dengan usaha pedesaan dan sangat sedikitnya produksi yang mempunyai arti penting bagi perdagangan. Gourou (1956 dalam Soekartawi 1986), secara garis besar menguraikan empat ciri perladangan: (1) dijalankan di tanah tropis yang kurang subur; (2) berupa teknik pertanian yang elementer tanpa menggunakan alat-alat kecuali kampak; (3) kepadatan penduduk rendah; dan (4) menyangkut tingkat konsumsi yang rendah. Pelzer (1957), menyatakan bahwa petani peladang ini ciri-cirinya juga ditandai dengan tidak adanya pembajakan, sedikitnya masukan tenaga kerja dibandingkan dengan cara bercocok tanam yang lain, tidak menggunakan tenaga hewan ataupun pemupukan, dan tidak adanya konsep pemilikan tanah pribadi.
          Peasant atau yang biasa juga disebut sebagai petani kecil, merupakan golongan terbesar dalam kelompok petani di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Ciri-ciri petani yang tergolong sebagai peasant adalah sebagai berikut: (Soekartawi 1986).
1. Mengusahakan pertanian dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat.
2. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah.
3. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten.
4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dab pelayanan lainnya.
          Menurut Wolf (1985) memahami masyarakat petani merupakan fase setelah masyarakat primitif dan masyarakat modern. Pendekatan antropologis yang ia bangun didasarkan bahwa masyarakat petani tidak bisa hanya dipandang sebagai agregat tanpa bentuk. Masyarakat petani memiliki keteraturan dan memiliki bentuk-bentuk organisasi yang khas.
          Sejalan dengan Wolf (1983), Scott (1994) melihat petani sebagai entitas unik yang hidup secara sub sistem. Penelitian Scott (1994) mengungkapkan bahwa masyarakat petani di Asia Tenggara tidak akan melakukan perlawanan ketika kebutuhan-kebutuhan dasarnya terpenuhi.
          Dari uraian-uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian masyarakat petani ialah sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu tempat yang memiliki sikap saling membutuhkan satu dengan yang lain dan bermata pencaharian sebagai petani, atau kesimpulan lain ialah sekelompok orang yang hidup bersama di suatu desa dan masih memelihara budaya nenek moyang (hidup bergotong royong).
Ciri-ciri kehidupan Masyarakat Petani di Indonesia.
1.      Ciri-ciri kehidupan masyarakat bercocok tanam.
·         Hidup menetap.
·         Mempunyai rumah tempat tinggal.
·         Beternak dan berladang.
·         Food producing.
·         Telah terbentuk perkampungan.
·         Mengenal pembagian kerja.
·         Mengenal pakaian, grabah, dan peralatan kerja.
·         Mengenal kepercayaan.
·         Terbentuk masyarakat.
·         Pembagian kerja secara jelas.
·         Gotong royong.

2.      Ciri-ciri budaya masyarakat petani.
·         Lebih amju dalam penggunaan bahasa.
·         Aktivitasnya telah menggunakan bahasa komunikasi.
·         Menggunakan bahasa untuk mendistribusikan pekerjaan.
·         Berkembang tradisi menghormati orang yang lebih tua.
·         Membuat bangunan megalitikum sebagai manifestasi kepercayaan.

3.      Ciri-ciri ekonomi masyarakat petani.
·         Kehidupan mereka ditentukan oleh kepemilikan tanah.
·         Bercocok tanam.
·         Hidup menetap sehingga ada ikatan dengan alam, antar individu dan atar keluarga.
·         Punya waktu senggang antar menanam hingga waktu panen, sehingga diisi dengan pekerjaan keterampilan tangan yang dapat mempercepat perkembangan ekonomi.
·         Mengenal barter.

Sumber:
Wolf R, Erik. 1985. Petani Suatu Tinjauan Antropologis. Jakarta. Rajawali.
Scott, James C (1994). Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.
Soekartawi, et al. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar