I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah
satu makhluk hidup yang banyak terdapat dilingkungan adalah fungi atau jamur,
baik jamur yang berukuran mikroskopik maupun yang berukuran makroskopik.Fungi dalam bahasa Indonesia disebut
cendawan yang merupakan organisme tingkat rendah yang belum
mempunyai akar, batang dan daun. Tubuh terdiri dari satu sel (uniseluler) dan
bersel banyak (multiseluler).Sel berbentuk benang disebut hifa. Hifa akan
bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut miselium. Sel
bersifat eukariotik, tidak mempunyai klorofil, sebagai parasite atau saprofit
dan hidup pada tempat lembabatau tidak menyukai adanya cahaya.Fungi terbagi
beberapa divisi antara lain Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, Deuteromycota
dan Chytridiomycota (Dwidjoseputro 1994).
Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok kapang.Tubuh vegetatif kapang berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval (Risma 2011).
Keberadaan fungi atau cendawan
sangat berlimpah dan mempunyai peranan yang sangat penting di alam termasuk
dalam bidang pertanian.Dalam bidang pertanian peranan cendawan dapat merugikan
dan menguntungkan.Cendawan simbiotik antagonistik atau sering disebut cendawan
parasit merugikan produksi pertanian, sedangkan cendawan simbiotik mutualistik
sangat menguntungkan. Simbiotik mutualistik cendawan yang mempunyai peran dalam
pertanian diantaranya ialah mikoriza dan liken (Fardian 1992).
Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan
determinasi.Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan
fisiologis.Oleh karena itu, praktikum ini sangat penting dilakukan untuk
mengetahui tentang mikroskopik cendawan pada tapai, tempe, roti berjamur dan
nasi basi.
1.2
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengamatan morfologi
cendawan. Cendawan yang akan diamati pada praktikum ini berasal dari tapai,
tempe, roti berjamur dan nasi basi. Dan diminta untuk menyebutkan jenis
cendawan yang digunakan untuk membuat tapai, tempe, roti berjamur dan nasi
basi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Fungi adalah mikroorganisme
tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel
dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan aseksual dalam dunia
kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan
makanannya berbeda dari organisme eukariotik lainnya yaitu melalui
absorbsi (Gandjar 1999).
Sebagian besar
tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa yang saling
berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselum dapat dibedakan atas
miselium vegetativ yang berfungsi nenyerap nutrien dari lingkungan dan miselium
fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Campbell 2004).
Fungi
merupakan organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
1. Mempunyai spoora
2. Memproduksi spora
3. Tidak mempunyai klorofil sehingga
tidak berfotosintesis
4. Dapat berkembang biak secara seksual
dan aseksual
5. Tubuh berfilamen dan dinding sel
mengandung kitin, glukan, selulosa dan manan (Waluyo 2007)
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat
saprofit.Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil
dari benda hidup yang ditumpanginya.Sedangkan bersifat saprofit apabila
memperoleh makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri.Fungi
mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dan karbohodrat.sumber
nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari substratnya (Dwidjoseputro
1994).
Ø Fungi merupakan organisme menyerupai
tanaman, tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yakni:
-
Tidak mempunyai klorofil
-
Mempunyai dinding sel dengan
kompossi berbeda
-
Berkembang biak dengan spora
-
Tidak mempunyai cabang, batang, akar
dan daun
-
Tidak mempunyai sistem vaskuler
seperti pada tanaman
-
Bersifat multiseluler tidak
mempunyai pembagian fungsi (Irianto 2006).
Ø Fungi dibedakan menjadi dua golongan
yakni
a. Kapang
Fungi multiseluler atau kapang mempunyai miselia atau
fillamen dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni
seperti kapas (Waluyo 2007).
Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan
hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap
mangan mempunyai inti satu atau lebih (Campbell 2004).
Secara lamiah kapang berkembang biak dengan berbagai cara,
baik aseksual dengan pembelahan, penguncupan atau pembentukkan spora dapat pula
secara seksual dengan pembelahan nukleus dari kedua induknya (Waluyo 2007).
b. Khamir
Khamir termasuk cendawan, tetapi berbeda dengan kapang
karena bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetativ terjadi dengan
cara pertunasan. Sebagian sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih
cepat dibanding kapang yang tubuh dengan pembentukkan filamen. Sel khamir
mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu dengan panjang 1-5 mm sampai 20-50 mm,
dan lebar 1-10 mm. bentuk khamir bermacam-macam, yaitu bulat, oval, silinder,
ogival yaitu bulat panjang dengan salah satu ujung runcing, segitiga
melengkung, berbentuk batat, bentuk apikal atau lemon, membentuk psedomiselium
dan sebagianya (waluyo 2007).
Jmaur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi,
badan hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia.Jamur dapat tumbuh
dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi.Saat ini di Indonesia
diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis jamur.Dari jumlah tersebut
dalam kehidupan memiliki
peran
masing – masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung
bagi manusia (Risma 2011).
Ciri – ciri jamur, organisme yang termasuk dalam kelompok
jamur, anggotanya mempunyai cirri – cirri umum yaitu uniseluler atau bersel
satu atau multi seluler ( benang – benang halus ), tubuhnya tersusun atas
hifa
( jalinan benang – benang halus ), eukariotik( mempunyai membrane inti ), tidak
mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit
dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan
tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein, pencernannya berlangsung secara
ekstraseluler, dimana makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu
oleh enzim ekstraseluler yang dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan
yang bersifat haploid lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan
secara aseksual dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual
dengan cara memutuskan benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan
konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina
sehingga dihasilkan spora askus atau basidium ( Irianto 2006).
Klasifikasi jamur, berdasarkan cara reproduksi secara generative,
jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu zygomycotina, ascomycotina,
basidiomycotina, dan duotromycotina.
1. Zygomycotina : Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycotina mempunyai cirri – ciri yaitu dinding selnya tersusun
atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid,
memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi generatife dengan
konjugasi yang menghasilkan zigospora.
2. Ascomycotina : Jamur kelompok ini namanya Ascomycotina
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini termasuk
kelas Ascomycotina mempunyai cirri – cirri yaitu dinding selnya tersusun
atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan
buah yang disebut askospora, memiliki keturunan diploid lebih singkat,
reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya
dengan konjugasi yang menghasilkan askospora.
3. Basidiomycotina : Jmaur kelompok ini disebut Basidiomycotina
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiospora. Jamur yang
termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai ciri – ciri yaitu dinding
selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa, bersekat, dibedakan hifa
primer ( berinti satu ) dan sekunder ( berinti dua ), mengamdung inti haploid,
memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut
basidikrop, reproduksi vegetatife dengan menghasilkan basidiospra.
4. Duotromycotina : Jamur
kelompok ini disebut jamur imperfecti ( jamur tidak sempurna ) atau Duotromycotina
karena belum diketahui cara perkembangbiakan seksualnya. Jamur yang termasuk Duotromycotina
mempunyai ciri –ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler,
hifa bersekat, dibedakan tipe hifa lebih singkat, dan reproduksi vegetatifnya
dengan membentuk konidiospora ( Campbell 2004).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari Senin, 25 November 2013 pukul 07.30 s.d 09.05 WIB di
Laboratorium MIPA, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka
Belitung.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum adalah mikroskop cahaya, gelas objek, gelas penutup,
pipet tetes, pinset dan spatula. Bahan yang digunakan pada praktikum adalah
tapai, tempe, roti berjamur dan nasi basi.
3.3
Cara Kerja
Cara kerja
praktikum ini diawali dengan persiapan alat dan bahan yang digunakan.Pada
masing-masing bahan ada perlakuan yang berbeda-beda.Pada tapai, dapat diambil
dengan pipet tetes, yang mana sebelumnya tapai tersebut telah dilakukan
perendaman selama sehari.Sehingga tapai tersebut menjadi benyek dan dapat
biambil dengan pipet tetes. Pada tempe dan roti berjamur dapat diambil dengan
pinset ataupun spatula, dikarenakan bahan tersebut padat. Pada nasi basi, cara
pengambilannya sama dengan tapai yaitu dengan pipet tetes, karena bahannya
mengandung air. Proses kerja selanjutnya yaitu, bahan yang telah diambil tadi
segera ditetesi atau di letakkan pada masing-masing gelas objek, kemudian
ditutup dengan gelas penutup. Hasil tersebut dapat dinamakan preparat. Preparat
tersebut diletakkan pada mikroskop cahaya dengan perbesaran (10x0,25), sambil
memandang lensa okuler, preparat digeser ke kiri dan kanan dan dari atas
kebawah sampai bayangan objek terfokus jelas yakni dapat terlihat struktur
mikroskopik pada cendawan. Setelah struktur mikroskopik pada cendawan terlihat,
maka gambarlah hasil pengamatan tersebut.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel Hasil Pengamatan Morfologi Cendawan
No.
|
Media Cendawan
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Tapai
|
Perbesaran
10x0.25
|
1.
Hifa
2.
Sporangium
3.
Sel tunggal
|
2
|
Tempe
|
Perbesaran
10x0.25
|
1.
Hifa aseptat
2.
Sporangium
3.
Sporangiofor
4.
Kolumela
5.
Miselium
|
3
|
Roti
Berjamur
|
Perbesaran
10x0.25
|
1.
Hifa
2.
Sporangium
3.
Sel tunggal
|
4
|
Nasi
basi
|
Perbesaran
10x0.25
|
1.
Sporangium
2.
Hifa
|
4.2
Pembahasan
Fungi
adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan aseksual
dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dari organisme eukariotik lainnya yaitu
melalui absorbsi (Gandjar, 1999).
Sebagian
besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa yang saling
berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselum dapat dibedakan atas
miselium vegetativ yang berfungsi nenyerap nutrien dari lingkungan dan miselium
fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Waluyo 2007).
Pada
praktikum dilakukan pengamatan morfologi cendawan. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis cendawan mikroskopik dan mengetahui perbedaan struktur
morfologi pada fungi tapai, tempe, roti berjamur dan nasi basi. Pengamatan
mikroskopik yaitu pengamatan morfologi fungi dengan menggunakan mikroskop.
4.1.1 Tapai
Tapai merupakan salah satu jenis
makanan dari hasil fermentasi bahan baku yang diberi ragi sebagai sumber
mikrobanya. Tapai sebagai hasil fermentasi menghasilkan alkohol dan gula.
Fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi
perubahan. Perubahan kimia dalam substrat organik, kegiatan atau aktifitas
mikroba yang membusukkan bahan-bahan yang difermentasi (pada singkong) (Risma
2011).
Menurut Dwijoseputro (1994), ragi tape merupakan populasi
campuran yang terdiri dari spesies-spesies genus Aspergilus, Saccharomyces, Candida, Hansenulla dan bakteri Acetobakter.Genus tersebut hidup
bersama-sama secara sinergis.Jenis cendawan pada tapai adalah Saccharomycescerevisiae.Jamur kelompok ini namanya Ascomycotina
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini termasuk
kelas Ascomycotina mempunyai ciri-ciri yaitu dinding selnya tersusun
atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan
buah yang disebut askospora, memiliki keturunan diploid lebih singkat,
reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya
dengan konjugasi yang menghasilkan askospora (Waluya 2005).
Berdasarkan
hasil praktikum tentang pengamatan morfologi cendawan tapai.Jenis cendawannya
adalah Saccharomycescerevisiae.Hasil pengamatan tapai untuk melihat
struktur mikroskopik adalah terdapat hifa, sporangium dan bersel tunggal. Namun
menurut Dwijoseputro (1994), Saccharomycescerevisiae
merupakan bersel satu yang tidak memiliki hifa dan tubuh buah makroskopis.
Ketidak senadaan ini dapat terjadi dikarenakan pada pengamatan cendawan, gambar
yang dihasilkan pada mikroskop tidak jelas, akibatnya dalam penggambaran dan menentukan
namanya terjadi kesalahan.
4.1.2
Tempe
Berdasarkan
hasil pengamatan cendawan pada tempe menunjukkan bagian mikroskopik berupa
sporangium dengan spora berwarna hitam, sporangiofor (Hifa udara), kolumela dan
tidak bersekat. Hal ini menunjukkan bahwa cendawan yang tumbuh pada tempe
adalah Rhizopus sp. Menurut Fardiaz
(1989), Jamur Rhizopus memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: hifanya non septet, mempunyai stolon dan rhizoid
yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangiofortumbuh pada noda dimana terbentuk
juga rhizoid, sporangio biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agar bulat
dan afofisis berbentuk seperti cangkir, membentuk hifa negative yang melakukan
penetrasi pada subsirat dan hifa fertile yang memproduksi sporangio pada ujung
sporangiofor, pertumbuhannya cepat dan membentuk miselium seperti kapas. Hal
yang memperkuat bahwa cendawan pada tempe berupa Rhizopusyaitu Hayati (2009) yang menyatakan bahwa beberapa Rhizopus yang berperan dalam pembuatan
tempe adalah Rhizopus oligosporus dan
Rhizopus oryzae. Berdasarkan hal
tersebut dapat diduga bahwa pengamatan cendawan tempe termasuk diantara R. oligosporus dan R. oryzae. Menurut Pitt dan Hocking (1985 diacu dalam Dewi dan Aziz
2011), hal yang membedakan Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae
yaitu panjang sporangiosfor R.
oligosporus 150-400 mm lebih pendek dari R. oryzaeyaitu lebih dari 1.500 mm, sedangkan sporangium R. oligosporus80-120 mm lebih pendek
dari R. oryzae.
4.1.3 Roti Berjamur
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum cendawan pada roti berjamur menunjukkan bagian
mikroskopik yaitu berupa Sporangium, hifa yang bersel tunggal, hasil pengamatan
ini diperkuat oleh Campbell (2004), bahwa roti berjamur merupakan cendawan yang
memiliki hifa tidak bersekat (senositik), reproduksi seksual (dengan membentuk
zigospora) dan aseksual (dengan membentuk sporangiospora). Jenis cendawan pada
roti berjamur yaitu Rhizopus
stolonife.Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.Jamur
Zygomycotina mempunyai cirri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat
kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki
keturunan diploid lebih singkat, reproduksi generatife dengan konjugasi yang
menghasilkan zigospora (Indrawan 2009).
4.2.4 Nasi Basi
Berdasarkan
hasil pengamatan cendawan pada nasi basi menunjukan bagian mikroskopik yaitu
berupa sporangium dan hifa.Jamur nasi basi hampir sama dengan roti berjamur. Jenis
cendawan pada roti berjamur yaitu Rhizopus
stolonifer.Jamur kelompok ini namanya Zygomycotinayang
mempunyai ciri-ciri hifa senositik, menghasilkan Zigosporangium, dinding sel
tersusun atas zat kitin dan mempunyai houstoria. Contoh jenis cendawan pada
Zigosporangium: Rhizopus
stolonifer, Mucor hiemalis, Beauveria bassiana dan Metarrhisium anisopliae (Fardiaz 1999).
V.
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan
pengamatan dapat disimpulkan bahwa cendawan pada tapai tergolong cendawan Saccharomycescerevisiae, memiliki
ciri-ciri yaitu dinding
selnya tersusun atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat,
membentuk badan buah yang disebut askospora, memiliki keturunan diploid lebih
singkat, reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi
generatifnya dengan konjugasi yang menghasilkan askospora.Cendawan
pada tempe tergolong cendawan Rhizopus sp,
memiliki ciri-ciri yaitu hifanya nonseptik, sporangiofor tumbuh pada noda yang
akan terbentuk Rhizoid, sporangia
berbentuk bulat berwarna hitam dan kolumela berbentuk bulat.Pada roti berjamur tergolong
cendawan Rhizopus
stolonife. Memiliki ciri-ciri hifa tidak bersekat (senositik), reproduksi seksual (dengan
membentuk zigospora) dan aseksual (dengan membentuk sporangiospora).Sedangkan
pada cendawan nasi basah tergolong cendawan Rhizopus
stolonifer, memiliki ciri-ciri yaitu hifa
senositik, menghasilkan Zigosporangium, dinding sel tersusun atas zat kitin dan
mempunyai houstoria.
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo
L.2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press
Fardiaz.
1999. Divisi Fungi. Jakarta:
Gramedia
Campbell NA. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Dwidjoseputro
D.1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Gandjar,
Indrawati.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : UI Press
Pelczar,
Micheal. 2006. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
Waluyo,
Lud.2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press
Irianto
K. 2006. Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Bandung: CV Yrama
Wijaya
Dewi
K dan Asiz.2011.Perbedaan Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus.http://www.srib.com [26 November 2013]
Maaf, tapi gambarnya tidak kelihatan
BalasHapus