KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Filsafat Ilmu
.Dalam
pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Bapak Dr. Ir. Ismed InonuM.Si selaku dosen pengampu mata kuliah pengantar ilmu
ekonomi. Mama dan Bapak dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun
do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan laporan
ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya, Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir
kata penulis sampaikan terima kasih.
Balunijuk, Juni 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pertanian merupakan
suatu bidang dalam ilmu terapan , Pertanian merupakan suatu proses kegiatan
oleh manusia yang mengolah tanaman sehingga menghasilkan nilai guna. Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak,
serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber
daya ini terutama berarti budidaya (bahasa Inggris: cultivation,
atau untuk ternak: raising). Namun demikian, pada sejumlah kasus yang sering
dianggap bagian dari pertanian dapat berarti ekstraksisemata,
seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (bukanagroforestri). Pertanian dalam
universitas dibagi menjadi dua jurusan yaitu agroteknologi dan agribisnis.
Disini kami membahas salah satu dari kedua jurusan ini yaitu agribisnis.
Agribisnis merupakan suatu sistem
yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan penunjang. Menurut
Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan
saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem agribisnis
hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa
penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertaniana.
Perkembangan agribisnis di Dunia
beserta di Indonesia sudah berkembang sejak lama. Perkembangan ini diiringi
dengan dinamis mengikuti perkembangan zaman. Dalam makalah ini kami akan
membahas tentang sejarah perkembangan agribisnis di dunia dan di Indonesia
serta hubungan agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya.
1.2.Rumusan Masalah
-
Bagaimana sejarah
perkembangan agribisnis di dunia dan di Indonesia ?
-
Apa hubungan ilmu agribisnis dengan
ilmu-ilmu lainnya ?
1.3.Tujuan
-
Untuk mengetahui
sejarah perkembangan agribisnis di dunia dan di Indonesia
-
Untuk mengetahui hubungan ilmu
agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya
BAB
II
PEMBAHASAN
Agribisnis adalah bisnis
berbasis usaha pertanian
atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir.
Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok
bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain).
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi
bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari
strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya,
penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Istilah "agribisnis" diserap dari bahasa Inggris:
agribusiness, yang merupakan portmanteau
dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis). Dalam bahasa Indonesia
dikenal pula varian anglisismenya,
agrobisnis.
Objek agribisnis
dapat berupa tumbuhan,
hewan,
ataupun organisme lainnya. Kegiatan
budidaya merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu perusahaan
agribisnis tidak harus melakukan sendiri kegiatan ini. Apabila produk budidaya
(hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut
pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif.
Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi
keperluan sehari-hari.
Dalam
perkembangan masa kini agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan
saja karena pemanfaatan produk pertanian telah berkaitan erat dengan farmasi,
teknologi bahan,
dan penyediaan energi.
A.
Sejarah
Perkembangan Agribisnis di Dunia
Daerah "bulansabit yang subur" di Timur
Tengah. Di tempatiniditemukanbukti-buktiawalpertanian, seperti biji-bijian dan alat-alat
pengolahnya. Domestika sianjing diduga telah
dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya
(masyarakatberburudanperamu) danmerupakankegiatanpeternakan yang pertama kali.
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak)
merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan
mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli
prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar
12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang
meliputi daerah lembah Sungai Tigris
dan Eufrat terus memanjang
kebarat hingga daerah Suriah dan Yordania
sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan
adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan
di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Esterakhir di era Pleistosen, di dearah
ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagimu lainya pertanian.
Pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda
(neolitikum), perunggudanmegalitikum.Pertanianmengubahbentuk-bentukkepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-dewa perburuan menjadi
pemujaan terhadapdewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat
itu Sahara belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ketimur
(hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok
menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia
Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada
saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika
mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejaka walsama sekali berbeda.
Hewanternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM)
sertababi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasikucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM.
Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera
diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM.
Budidayaikan air tawar barudi kenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok
dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia
telah lama. Masyarakat Mesir Kuna (4000 tahun SM) danYunani Kuna (3000 tahun
SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.
Fenomena mengapa suatu negara dapat
memenangkan persaingan sedangkan negara lain tidak, merupakan pertanyaan terus
yang mengemuka sepanjang sejarah pembangunan dan perdagangan internasional.
Banyak pendapat yang diajukan oleh pakar terutama dalam bidang ekonomi dan
bisnis internasional, tetapi tidak satupun yang mampu menjelaskan kemampuan
daya saing suatu negara secara komprehensif.
Negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Eropa, Jepang, bahkan Malaysia dan Thailand yang secara tradisional
menguasai agribisnis internasional, dimasa yang akan datang akan menguasai sektor
agroindustri, walaupun disatu sisi akan menghadapi permasalahan yakni kesulitan
untuk mengembangkan agribisnis, karena kesulitan dalam hal lahan pertanian.
Berbeda dengan masa sebelumnya, dewasa ini dan masa yang akan datang,
preferensi konsumen produk agribisnis yang kita hadapi sangat berbeda dan
sedang mengalami perubahaan secara fundamental.
Negara-negara maju, dari masa yang
lalu sudah melihat bagaimana potensi pertanian dalam perekonomian mereka.
Keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan mendayagunakan keunggulan
komparatif yang dimiliki mulai dari hulu sampai hilir, dalam menghasilkan suatu
produk yang sesuai dengan preferensi konsumen. Artinya, pendayagunaan
keunggulan sisi penawaran ditujukan untuk memenuhi keinginan konsumen. Kemampuan
untuk menyediakan produk yang berkembang, sangat menentukan keunggulan bersaing
di pasar internasional. Negara-negara agribisnis, seperti Australia dan
selandia Baru, mampu bersaing di pasar interansional disebabkan kemampuan
negara tersebut dalam menjual apa yang diinginkan konsumen bukan menjual apa
yang dihasilkan.
Sejarah perekonomian dunia
sebenarnya telah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa tidak ada negara
besar di dunia ini yang kuat tanpa di dukung oleh pertanian yang tangguh.
Kenyataaan menunjukkan bahwasanya negara-negara di Eropa Timur dan Uni Soviet
pada akhirya harus menerima terjadinya disintegrasi karena lemahnya daya dukung
sektor pertanian, negara-negara di kawasan afrika juga mengalami kesulitan
dalam membangun bangsanya, hanya karena sektor pertanian tidak dapat mendukung
ketahanan pangan sebagai landasan pembangunan.
Bagi Indonesia, dimana sumberdaya
alam merupakan keunggulan komparatifnya, maka sudah sepantasnya jika
pembangunan nasional didasarkan pada pengelolaan sumberdaya alam tersebut.
Pertanian merupakan salah satu sumberdaya alam dimana Indonesia mempunyai
keunggulan komparatif, disamping itu bagian terbesar penduduk Indonesia juga
hidup dan bermata pencaharian di sektor tersebut, fenomena kemiskinan juga
banyak terjadi di sektor pertanian. Dengan demikian apabila sektor pertanian
dijadikan landasan bagi pembangunan nasional dimana sektor-sektor lain
menunjang sepenuhnya, sebagian besar masalah yang dihadapi oleh masyarakat akan
dapat terpecahkan.
Disamping itu orientasi pembangunan
pertanian juga perlu disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi, apabila pada
waktu yang lalu lebih banyak berorientsai pada pengembangan komoditas, maka
kini harus lebih berorientasi pada petani. Namun demikian harus sepenuhnyadi
sadari bahwa dalam menyusun kebijaksanaan pembangunan pertanian hanya
memperhatikan potensi sumberdaya alam dan kepentingan produsen semata-mata,
melainkan juga pengaruh dari perdagangan dunia dan kebijaksanaan pembangunan
pertanian di negara mitra dagang.
Pandangan dari Partai Politik juga
tidak jauh berbeda dengan pandangan dari pemerintah maupun para pengamat
ekonomi, Imam Churmen (1999) dari PKB menyatakan bahwa diperlukan komitmen dari
semua pihak untuk menempatkan sektor pertanian sebagai sektor prioritas
pembangunan yang dicerminkan dalam anggaran pemerintah.
Sebagai contoh kasus bagaimana
pembangunan pertanian dan kebijakannya di Negara Maju, dapat kita perhatikan
dalam negara Amerika serikat berikut. Sejak tahun 2002, pemerintah AS
memberikan subsidi sebesar US $ 19 milliar per tahun kepada petaninya, atau
sekitar dua kali dari dana yang dicadangkan untuk bantuan interansionalnya.
Dalam hal beras, misalnya AS telah mencadangkan sekitar US$ 100 ribu subsidi
per petani yang diberikan kepada siapapun yang mau mengganti tanamannya dengan
padi. Negara bagian di pantai barat seperti California dan Washington,
dan negara bagian di tenggara seperti Lousiana, South dan North Carolina memang
sedang antusias mengembangkan agribisnis padi sawah. Target besar untuk menjadi
produsen nomor dua beras dunia, dapat menjadi kenyataan, terutama ketika
perundingan dan persaingan tingkat dunia dengan negara-negara Eropa Barat
dalam hal gandum sering mengalami kendala besar.
B.
Sejarah
Perkembangan Agribisnis di Indonesia
Perjalanan
pengembangan agribisnis di Indonesia hampir paralel dengan sejarah pembangunan
pertanian secara umum yang mengalami periode fase jatuh-bangun yang menarik
untuk ditelusuri lebih dalam. Periode jatuh bangun tersebut sebenarnya amat
berhubungan erat dengan kebijakan ekonomi makro dan strategi pembangunan
ekonomi secara umum. Pada era 1970-an Indonesia cukup berhasil membangun
fondasi atau basis pertumbuhan ekonomi yang baik setelah pembangunan pertanian
dan sistem agribisnis terintegrasi cukup baik ke dalam kebijakan ekonomi makro.
Hasil
besar yang secara nyata yang dirasakan langsung oleh masyarkat banyak adalah
terpenuhinya kebutuhan pangan secara mandiri (swasembada) pada pertengahan
1980an. Ekonomi nasional tumbuh cukup tinggi, bahkan lebih dari 7 persen per
tahun, karena kuatnya basis pertanian dan sumber daya alam. Kesempatan kerja
meningkat pesat dan kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menyerap pertumbuhan
tenaga kerja baru juga amat besar. Akan tetapi, kondisi kondusif tersebut harus
berakhir secara tragis ketika pada akhir 1980-an dan awal 1990-an ekonomi
pertanian dan agribisnis juga harus menderita cukup serius. Sektor
pertanian mengalami fase dekonstruktif dan tumbuh cukup rendah sekitar 3 persen
karena proteksi besar-besaran pada sektor industri, apalagi berlangsung melalui
konglomerasi yang merapuhkan sistem agribisnis serta fondasi ekonomi Indonesia
umumnya.
Ketika
krisis ekonomi menimbulkan pengangguran besar dan limpahan tenaga kerja dari
sektor perkotaan tidak mampu tertampung di sektor pedesaan, pertanian dan
agribisnis pun harus menanggung beban ekonomi-politik yang tidak ringan.
Ketangguhan sektor ini yang sempat dibanggakan pada saat puncak krisis moneter
akhirnya tidak mampu bertahan lebih lama karena pembangunan pertanian dan proses
transformasi ekonomi tidak dapat hanya disandarkan pada kenaikan harga-harga
(inflasi) semata. Pergerakan tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan - dan
sebaliknya - yang berlangsung cukup mulus sebelum krisis ekonomi tidak dapat
lagi terjadi tanpa biaya sosial yang cukup tinggi. Sektor pendukung industri
dan jasa yang selama itu mampu mengimbangi naiknya permintaan aggregat karena
pertumbuhan penduduk kini pun belum pulih karena rendahnya investasi dan
aktivitas produksi yang mampu memperluas kesempatan kerja.
Melakukan
pengembangan - atau tepatnya upaya rekonstruksi agribisnis - tidak dapat
dilakukan secara parsial mengingat agribisnis adalah suatu rangkaian sistem
usaha berbasis pertanian dan sumberdaya lain, dari hulu sampai hilir.
Agribisnis mencakup sub-sistem sarana produksi atau bahan baku di hulu, proses
produksi biologis di tingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transformasi
berbagai fungsi bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan), dan
tempat (pergudangan) di tengah, serta pemasaran dan perdagangan di hilir, dan
subsistem pendukung lain seperti jasa, permodalan, perbankan, dan sebagainya.
Memilah-milah suatu sistem agribisnis dalam satuan yang terpisah hanya akan
menimbulkan gangguan serius dalam seluruh rangkaian yang ada, dan bahkan dapat
menciptakan permasalahan tingkat berikutnya yang lebih dahsyat.
Agribisnis
memang mengedepankan suatu sistem budaya, organisasi dan manajemen yang amat
rasional, dirancang untuk memperoleh nilai tambah (komersial) yang dapat
disebar dan dinikmati oleh seluruh pelaku ekonomi secara fair, dari petani
produsen, pedagang dan konsumen dari segenap lapisan masyarakat. Membangun
agribisnis di tingkat mikro tentu saja amat berhubungan dengan peningkatan
kapasitas (capacity building) petani dan pelaku usahatani sebagai aktor
terpenting dalam agribisnis. Namun, membiarkan para petani dan pelaku
agribisnis terjerumus dalam kancah perdagangan internasional yang makin tidak
simetris ini tentu saja dapat melenyapkan seluruh upaya yang dilakukan secara
susah payah di tingkat mikro tersebut.
Tulisan
ini menganalisis perjalanan pengembangan agribisnis sebagai referensi berharga
bagi upaya rekonstruksi sistem agribisnis dan pembangunan pertanian secara
umum. Upaya tersebut amat relevan dalam perspektif merealisasikan wacana
terpenting pasca krisis ekonomi, bahwa Indonesia harus lebih serius dalam
membangun basis sumberdaya alam dan potensi ekonomi domestik dengan langkah
investasi yang menguntungkan. Struktur tulisan ini diawali oleh analisis
terhadap kondisi perjalanan sistem agribisnis dan menelusuri fenomena di balik
jatuh-bangunnya dan sektor pertanian Indonesia. Pembagian analisis ke dalam
beberapa fase tersebut diharapkan dapat membedah lebih dalam karakter sekian
macam kebijakan dan kondisi pembangunan ekonomi politik di Indonesia. Kemudian,
pelajaran berharga dari masing-masing fase dapat digunakan untuk mengurai
langkah yang diperlukan ke depan, sekaligus menjawab tantangan pengembangan
agribisnis Indonesia di masa mendatang.
C.
Hubungan
Agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya
Hubungan
Agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya sangat berkaitan erat, misalnya agribisnis
dengan ilmu ekonomi , Hubungan kedua ilmunya ini sangat erat karena agribisnis
adalah pertanian yang membahas ilmu ekonomi juga dan mempelajarinya untuk
diterapkan dalam dunia kerja. Seperti yang kita ketahui lulusan agribisnis
menjadi seorang wirausaha sehingga mereka membutuhkan ilmu ekonomi untuk
perhitungan dalam usahanya. Dan lulusan agribisnis ada yang bekerja di Bank
sehingga memerlukan ilmu ekonomi.
Hubungan
Agribisnis dengan ilmu sosial, Agribisnis sangat berhubungan dengan dunia
sosial karena agribisnis sangat berhubungan dengan masyarakat sehingga perlu
ilmu sosial masyarakat. Lulusan agribisnis dapat menjadi penyuluh pertanian
yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Hubungan
Agribisnis dengan ilmu sains (alam) juga sangat berkaitan erat karena lulusan
agribisnis akan menjadi seorang peneliti yang sangat berhubungan dengan alam
semesta.
Hubungan
Agribisnis dengan ilmu hukum yaitu aturan-aturan dalam pertanian terdapat dalam
ilmu hukum seperti UUD Pertanian. Agribisnis juga mempunyai hubungan dengan
ilmu teknologi karena dalam perkembangan agribisnis dalam pertanian mengikuti
teknologi yang ada.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Sejarah perkembangan agribisnis di
Dunia ,di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, bahkan
Malaysia dan Thailand yang secara tradisional menguasai agribisnis
internasional, dimasa yang akan datang akan menguasai sektor agroindustri,
walaupun disatu sisi akan menghadapi permasalahan yakni kesulitan untuk
mengembangkan agribisnis, karena kesulitan dalam hal lahan pertanian. Berbeda
dengan masa sebelumnya, dewasa ini dan masa yang akan datang, preferensi
konsumen produk agribisnis yang kita hadapi sangat berbeda dan sedang mengalami
perubahaan secara fundamental.
Sejarah
perkembangan agribisnis di Indonesia telah berhasil membangun pertumbuhan ekonomi
yang baik dan telah terpenuhinya kebutuhan pangan secara mandiri. Selain itu
Indonesia juga sudah merasakan kondisikondusif yang berakhir tragis misalnya krisis
ekonomi yang mengakibatkan pengangguran berlimpah dan limpahan tenaga kerja
yang tak tertanggung lagi sehingg agribisnispun harus menanggung beban ekonomi politik
yang tidak ringan.
Hubungan
agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya sangat berkaitan, karena agribisnis ini adalah
ilmu terapan. Di dalam agribisnis terdapat 5 ilmu yang saling berkaitan yaitu ilmu
ekonomi baik itu matematika ekonomi maupun teori ekonomi, ilmu sosial, ilmu sain
(alam), ilmu hokum dan ilmu teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono. 2012.Pembangunan
PertaniandalamTantanganPertanian di Era Globalisasi.Bandung : Erlangga
Hotden Leonardo. 2012. Pengembangan Sistem Agribisnis Dalam Rangka
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. HKBP Nommensen .Medan : Grasindo
Siregar, Muhammad Hanafi. 2013.Sejarah Perkembangan Pembangunan
Pertanian di Indonesia. Jakarta : Yudistira
siip, mantaaap
BalasHapusoke thankyou atas karyanya............
BalasHapus