Selasa, 17 Juni 2014

MAKALAH FILSAFAT ILMU “SEJARAH PERKEMBANGAN AGRIBISNIS”



KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Filsafat Ilmu .Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Dr. Ir. Ismed InonuM.Si selaku dosen pengampu mata kuliah pengantar ilmu ekonomi. Mama dan Bapak dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan laporan ini. 
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.







Balunijuk,  Juni 2014


Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pertanian merupakan suatu bidang dalam ilmu terapan , Pertanian merupakan suatu proses kegiatan oleh manusia yang mengolah tanaman sehingga menghasilkan nilai guna. Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budidaya (bahasa Inggris: cultivation, atau untuk ternak: raising). Namun demikian, pada sejumlah kasus yang sering dianggap bagian dari pertanian dapat berarti ekstraksisemata,
seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (bukanagroforestri). Pertanian dalam universitas dibagi menjadi dua jurusan yaitu agroteknologi dan agribisnis. Disini kami membahas salah satu dari kedua jurusan ini yaitu agribisnis.
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan penunjang. Menurut Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertaniana.
Perkembangan agribisnis di Dunia beserta di Indonesia sudah berkembang sejak lama. Perkembangan ini diiringi dengan dinamis mengikuti perkembangan zaman. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang sejarah perkembangan agribisnis di dunia dan di Indonesia serta hubungan agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya.

1.2.Rumusan Masalah
-          Bagaimana sejarah perkembangan agribisnis di dunia dan di Indonesia ?
-          Apa hubungan ilmu agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya ?

1.3.Tujuan
-          Untuk mengetahui sejarah perkembangan agribisnis di dunia dan di Indonesia
-          Untuk mengetahui hubungan ilmu agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya

BAB II
PEMBAHASAN

Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain). Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Istilah "agribisnis" diserap dari bahasa Inggris: agribusiness, yang merupakan portmanteau dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis). Dalam bahasa Indonesia dikenal pula varian anglisismenya, agrobisnis.
Objek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Kegiatan budidaya merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu perusahaan agribisnis tidak harus melakukan sendiri kegiatan ini. Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Dalam perkembangan masa kini agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja karena pemanfaatan produk pertanian telah berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi.

A.    Sejarah Perkembangan Agribisnis di Dunia
Daerah "bulansabit yang subur" di Timur Tengah. Di tempatiniditemukanbukti-buktiawalpertanian, seperti biji-bijian dan alat-alat pengolahnya. Domestika sianjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya (masyarakatberburudanperamu) danmerupakankegiatanpeternakan yang pertama kali.
Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di daerah "bulan sabit  yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang kebarat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut. Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Esterakhir di era Pleistosen, di dearah ini banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagimu lainya pertanian. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggudanmegalitikum.Pertanianmengubahbentuk-bentukkepercayaan, dari pemujaan  terhadap dewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadapdewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan pangan.
Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara belum  sepenuhnya menjadi gurun) dan ketimur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu, masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejaka walsama sekali berbeda.
Hewanternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) sertababi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasikucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidayaikan air tawar barudi kenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.
Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir Kuna (4000 tahun SM) danYunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur dan zaitun.
Fenomena mengapa suatu negara dapat memenangkan persaingan sedangkan negara lain tidak, merupakan pertanyaan terus yang mengemuka sepanjang sejarah pembangunan dan perdagangan internasional. Banyak pendapat yang diajukan oleh pakar terutama dalam bidang ekonomi dan bisnis internasional, tetapi tidak satupun yang mampu menjelaskan kemampuan daya saing suatu negara secara komprehensif.
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, bahkan Malaysia dan Thailand yang secara tradisional menguasai agribisnis internasional, dimasa yang akan datang akan menguasai sektor agroindustri, walaupun disatu sisi akan menghadapi permasalahan yakni kesulitan untuk mengembangkan agribisnis, karena kesulitan dalam hal lahan pertanian. Berbeda dengan masa sebelumnya, dewasa ini dan masa yang akan datang, preferensi konsumen produk agribisnis yang kita hadapi sangat berbeda dan sedang mengalami perubahaan secara fundamental.
Negara-negara maju, dari masa yang lalu sudah melihat bagaimana potensi pertanian dalam perekonomian mereka. Keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan mendayagunakan keunggulan komparatif yang dimiliki mulai dari hulu sampai hilir, dalam menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan preferensi konsumen. Artinya, pendayagunaan keunggulan sisi penawaran ditujukan untuk memenuhi keinginan konsumen. Kemampuan untuk menyediakan produk yang berkembang, sangat menentukan keunggulan bersaing di pasar internasional. Negara-negara agribisnis, seperti Australia dan selandia Baru, mampu bersaing di pasar interansional disebabkan kemampuan negara tersebut dalam menjual apa yang diinginkan konsumen bukan menjual apa yang dihasilkan.
Sejarah perekonomian dunia sebenarnya telah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa tidak ada negara besar di dunia ini yang kuat tanpa di dukung oleh pertanian yang tangguh. Kenyataaan menunjukkan bahwasanya negara-negara di Eropa Timur dan Uni Soviet pada akhirya harus menerima terjadinya disintegrasi karena lemahnya daya dukung sektor pertanian, negara-negara di kawasan afrika juga mengalami kesulitan dalam membangun bangsanya, hanya karena sektor pertanian tidak dapat mendukung ketahanan pangan sebagai landasan pembangunan.
Bagi Indonesia, dimana sumberdaya alam merupakan keunggulan komparatifnya, maka sudah sepantasnya jika pembangunan nasional didasarkan pada pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Pertanian merupakan salah satu sumberdaya alam dimana Indonesia mempunyai keunggulan komparatif, disamping itu bagian terbesar penduduk Indonesia juga hidup dan bermata pencaharian di sektor tersebut, fenomena kemiskinan juga banyak terjadi di sektor pertanian. Dengan demikian apabila sektor pertanian dijadikan landasan bagi pembangunan nasional dimana sektor-sektor lain menunjang sepenuhnya, sebagian besar masalah yang dihadapi oleh masyarakat akan dapat terpecahkan.
Disamping itu orientasi pembangunan pertanian juga perlu disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi, apabila pada waktu yang lalu lebih banyak berorientsai pada pengembangan komoditas, maka kini harus lebih berorientasi pada petani. Namun demikian harus sepenuhnyadi sadari bahwa dalam menyusun kebijaksanaan pembangunan pertanian hanya memperhatikan potensi sumberdaya alam dan kepentingan produsen semata-mata, melainkan juga pengaruh dari perdagangan dunia dan kebijaksanaan pembangunan pertanian di negara mitra dagang.
Pandangan dari Partai Politik juga tidak jauh berbeda dengan pandangan dari pemerintah maupun para pengamat ekonomi, Imam Churmen (1999) dari PKB menyatakan bahwa diperlukan komitmen dari semua pihak untuk menempatkan sektor pertanian sebagai sektor prioritas pembangunan yang dicerminkan dalam anggaran pemerintah.
Sebagai contoh kasus bagaimana pembangunan pertanian dan kebijakannya di Negara Maju, dapat kita perhatikan dalam negara Amerika serikat berikut.  Sejak tahun 2002, pemerintah AS memberikan subsidi sebesar US $ 19 milliar per tahun kepada petaninya, atau sekitar dua kali dari dana yang dicadangkan untuk bantuan interansionalnya. Dalam hal beras, misalnya AS telah mencadangkan sekitar US$ 100 ribu subsidi per petani yang diberikan kepada siapapun yang mau mengganti tanamannya dengan padi. Negara bagian di pantai  barat seperti California dan Washington, dan negara bagian di tenggara seperti Lousiana, South dan North Carolina memang sedang antusias mengembangkan agribisnis padi sawah. Target besar untuk menjadi produsen nomor dua beras dunia, dapat menjadi kenyataan, terutama ketika perundingan dan persaingan tingkat dunia dengan negara-negara Eropa Barat  dalam hal gandum sering mengalami kendala besar.





B.     Sejarah Perkembangan Agribisnis di Indonesia
Perjalanan pengembangan agribisnis di Indonesia hampir paralel dengan sejarah pembangunan pertanian secara umum yang mengalami periode fase jatuh-bangun yang menarik untuk ditelusuri lebih dalam. Periode jatuh bangun tersebut sebenarnya amat berhubungan erat dengan kebijakan ekonomi makro dan strategi pembangunan ekonomi secara umum. Pada era 1970-an Indonesia cukup berhasil membangun fondasi atau basis pertumbuhan ekonomi yang baik setelah pembangunan pertanian dan sistem agribisnis terintegrasi cukup baik ke dalam kebijakan ekonomi makro.
Hasil besar yang secara nyata yang dirasakan langsung oleh masyarkat banyak adalah terpenuhinya kebutuhan pangan secara mandiri (swasembada) pada pertengahan 1980an. Ekonomi nasional tumbuh cukup tinggi, bahkan lebih dari 7 persen per tahun, karena kuatnya basis pertanian dan sumber daya alam. Kesempatan kerja meningkat pesat dan kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menyerap pertumbuhan tenaga kerja baru juga amat besar. Akan tetapi, kondisi kondusif tersebut harus berakhir secara tragis ketika pada akhir 1980-an dan awal 1990-an ekonomi pertanian dan agribisnis juga harus menderita cukup serius. Sektor pertanian mengalami fase dekonstruktif dan tumbuh cukup rendah sekitar 3 persen karena proteksi besar-besaran pada sektor industri, apalagi berlangsung melalui konglomerasi yang merapuhkan sistem agribisnis serta fondasi ekonomi Indonesia umumnya.
Ketika krisis ekonomi menimbulkan pengangguran besar dan limpahan tenaga kerja dari sektor perkotaan tidak mampu tertampung di sektor pedesaan, pertanian dan agribisnis pun harus menanggung beban ekonomi-politik yang tidak ringan. Ketangguhan sektor ini yang sempat dibanggakan pada saat puncak krisis moneter akhirnya tidak mampu bertahan lebih lama karena pembangunan pertanian dan proses transformasi ekonomi tidak dapat hanya disandarkan pada kenaikan harga-harga (inflasi) semata. Pergerakan tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan - dan sebaliknya - yang berlangsung cukup mulus sebelum krisis ekonomi tidak dapat lagi terjadi tanpa biaya sosial yang cukup tinggi. Sektor pendukung industri dan jasa yang selama itu mampu mengimbangi naiknya permintaan aggregat karena pertumbuhan penduduk kini pun belum pulih karena rendahnya investasi dan aktivitas produksi yang mampu memperluas kesempatan kerja.
Melakukan pengembangan - atau tepatnya upaya rekonstruksi agribisnis - tidak dapat dilakukan secara parsial mengingat agribisnis adalah suatu rangkaian sistem usaha berbasis pertanian dan sumberdaya lain, dari hulu sampai hilir. Agribisnis mencakup sub-sistem sarana produksi atau bahan baku di hulu, proses produksi biologis di tingkat bisnis atau usahatani, aktivitas transformasi berbagai fungsi bentuk (pengolahan), waktu (penyimpanan atau pengawetan), dan tempat (pergudangan) di tengah, serta pemasaran dan perdagangan di hilir, dan subsistem pendukung lain seperti jasa, permodalan, perbankan, dan sebagainya. Memilah-milah suatu sistem agribisnis dalam satuan yang terpisah hanya akan menimbulkan gangguan serius dalam seluruh rangkaian yang ada, dan bahkan dapat menciptakan permasalahan tingkat berikutnya yang lebih dahsyat.
Agribisnis memang mengedepankan suatu sistem budaya, organisasi dan manajemen yang amat rasional, dirancang untuk memperoleh nilai tambah (komersial) yang dapat disebar dan dinikmati oleh seluruh pelaku ekonomi secara fair, dari petani produsen, pedagang dan konsumen dari segenap lapisan masyarakat. Membangun agribisnis di tingkat mikro tentu saja amat berhubungan dengan peningkatan kapasitas (capacity building) petani dan pelaku usahatani sebagai aktor terpenting dalam agribisnis. Namun, membiarkan para petani dan pelaku agribisnis terjerumus dalam kancah perdagangan internasional yang makin tidak simetris ini tentu saja dapat melenyapkan seluruh upaya yang dilakukan secara susah payah di tingkat mikro tersebut.
Tulisan ini menganalisis perjalanan pengembangan agribisnis sebagai referensi berharga bagi upaya rekonstruksi sistem agribisnis dan pembangunan pertanian secara umum. Upaya tersebut amat relevan dalam perspektif merealisasikan wacana terpenting pasca krisis ekonomi, bahwa Indonesia harus lebih serius dalam membangun basis sumberdaya alam dan potensi ekonomi domestik dengan langkah investasi yang menguntungkan. Struktur tulisan ini diawali oleh analisis terhadap kondisi perjalanan sistem agribisnis dan menelusuri fenomena di balik jatuh-bangunnya dan sektor pertanian Indonesia. Pembagian analisis ke dalam beberapa fase tersebut diharapkan dapat membedah lebih dalam karakter sekian macam kebijakan dan kondisi pembangunan ekonomi politik di Indonesia. Kemudian, pelajaran berharga dari masing-masing fase dapat digunakan untuk mengurai langkah yang diperlukan ke depan, sekaligus menjawab tantangan pengembangan agribisnis Indonesia di masa mendatang. 
C.    Hubungan Agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya
Hubungan Agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya sangat berkaitan erat, misalnya agribisnis dengan ilmu ekonomi , Hubungan kedua ilmunya ini sangat erat karena agribisnis adalah pertanian yang membahas ilmu ekonomi juga dan mempelajarinya untuk diterapkan dalam dunia kerja. Seperti yang kita ketahui lulusan agribisnis menjadi seorang wirausaha sehingga mereka membutuhkan ilmu ekonomi untuk perhitungan dalam usahanya. Dan lulusan agribisnis ada yang bekerja di Bank sehingga memerlukan ilmu ekonomi.
Hubungan Agribisnis dengan ilmu sosial, Agribisnis sangat berhubungan dengan dunia sosial karena agribisnis sangat berhubungan dengan masyarakat sehingga perlu ilmu sosial masyarakat. Lulusan agribisnis dapat menjadi penyuluh pertanian yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Hubungan Agribisnis dengan ilmu sains (alam) juga sangat berkaitan erat karena lulusan agribisnis akan menjadi seorang peneliti yang sangat berhubungan dengan alam semesta.
Hubungan Agribisnis dengan ilmu hukum yaitu aturan-aturan dalam pertanian terdapat dalam ilmu hukum seperti UUD Pertanian. Agribisnis juga mempunyai hubungan dengan ilmu teknologi karena dalam perkembangan agribisnis dalam pertanian mengikuti teknologi yang ada.













BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sejarah perkembangan agribisnis di Dunia ,di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, bahkan Malaysia dan Thailand yang secara tradisional menguasai agribisnis internasional, dimasa yang akan datang akan menguasai sektor agroindustri, walaupun disatu sisi akan menghadapi permasalahan yakni kesulitan untuk mengembangkan agribisnis, karena kesulitan dalam hal lahan pertanian. Berbeda dengan masa sebelumnya, dewasa ini dan masa yang akan datang, preferensi konsumen produk agribisnis yang kita hadapi sangat berbeda dan sedang mengalami perubahaan secara fundamental.
Sejarah perkembangan agribisnis di Indonesia telah berhasil membangun pertumbuhan ekonomi yang baik dan telah terpenuhinya kebutuhan pangan secara mandiri. Selain itu Indonesia juga sudah merasakan kondisikondusif yang berakhir tragis misalnya krisis ekonomi yang mengakibatkan pengangguran berlimpah dan limpahan tenaga kerja yang tak tertanggung lagi sehingg agribisnispun harus menanggung beban ekonomi politik yang tidak ringan.
Hubungan agribisnis dengan ilmu-ilmu lainnya sangat berkaitan, karena agribisnis ini adalah ilmu terapan. Di dalam agribisnis terdapat 5 ilmu yang saling berkaitan yaitu ilmu ekonomi baik itu matematika ekonomi maupun teori ekonomi, ilmu sosial, ilmu sain (alam), ilmu hokum dan ilmu teknologi.










DAFTAR PUSTAKA

Darsono. 2012.Pembangunan PertaniandalamTantanganPertanian di Era Globalisasi.Bandung : Erlangga
Hotden Leonardo. 2012. Pengembangan Sistem Agribisnis Dalam Rangka Pembangunan  Pertanian Berkelanjutan. HKBP Nommensen .Medan : Grasindo
Siregar, Muhammad Hanafi. 2013.Sejarah Perkembangan Pembangunan  Pertanian di Indonesia. Jakarta : Yudistira


















                             

2 komentar: